Friday, July 27, 2007

Belajar dari kehilangan

Renungan dan nasehat ini terutama untuk diri saya pribadi.

Setiap manusia pasti pernah mengalami kehilangan dalam hidupnya entah itu berupa harta benda, teman, pasangan (suami-isteri), saudara atau bahkan pada akhirnya jiwanya.

Saya mencoba merenung, apakah kehilangan hanya sekedar sesuatu hal yang terjadi tanpa hikmah atau adakah sebuah pelajaran yang bisa ditarik ketika hal tersebut terjadi? Setelah merenung sejenak akhirnya saya merasa takjub dengan besarnya pelajaran yang dapat diambil dari kehilangan. Berikut adalah pelajaran-pelajaran yang dapat saya tarik dari kehilangan:

1. Mengajarkan bahwa dunia itu semu
Dunia itu fana. Alam materi yang saat ini kita rasakan tidaklah kekal. Harta, Jabatan, Usaha, Pasangan, Saudara, Semua. Hanya masalah waktu saja sebelum kehilangan itu terjadi. Betapa keras usaha kita untuk mempertahankannya suatu saat pasti akan juga hilang dari genggaman. Dengan menyadari dunia itu semu, sudah semestinya kita mengejar sesuatu yang kekal: Akhirat!

2. Mengajarkan tentang Siapa Pemilik Sejati
Kehilangan mengajarkan kepada kita bahwa apa-apa yang kita miliki sekarang ini sebenarnya bukanlah milik kita. Innalillahi wa inna ilaihi rajiun. Semua berasal dari Allah dan akan kembali kepada-Nya. Dialah Pemilik semua yang ada di langit dan di bumi. Apa yang ada pada kita sekarang ini adalah titipan. Benar-benar titipan! Kalau itu milik kita, maka bukankah seharusnya kita dapat mempertahankannya agar ia tidak hilang?

Dengan menyadari bahwa semua yang ada pada kita adalah titipan (amanah) dari Allah maka ketika titipan tersebut diambil oleh Allah kita akan merasa lebih lapang dada.

3. Mengajarkan kita untuk bersyukur
Kadang kita baru menyadari betapa berharganya sesuatu atau seseorang bagi diri kita ketika ia hilang. Namun apakah kita akan menunggu sampai sesuatu atau seseorang tersebut itu hilang untuk menyadari bahwasanya mereka begitu berarti? Itu pilihan kita masing-masing.

Selanjutnya, setelah kita menyadari akan berharganya sesuatu atau seseorang maka hendaknya kita bersyukur. Jika kita masih memiliki orangtua maka bersyukurlah dengan berbuat baik dan berbakti kepada keduanya. Jika kita masih memiliki saudara maka bersyukurlah dengan memperhatikannya. Jika kita masih memiliki anak maka bersyukurlah dengan merawat dan mendidiknya. Karena kita tidak pernah tahu sampai kapan kita akan bisa terus bersama mereka.

Kemudian jika kita masih memiliki anggota tubuh yang lengkap maka bersyukurlah dengan menggunakannya untuk beramal baik pada setiap kesempatan. Cobalah untuk membayangkan jika besok kita kehilangan mata kita? kira-kira apa yang akan kita lakukan sekarang? Akankah kita berleha-leha atau menggunakannya untuk melihat hal-hal yang buruk atau sebaliknya? Mungkin ketika kita menjadi buta barulah kita akan berkata "seandainya aku masih bisa melihat sekarang maka aku pasti akan membaca Al Quran setiap hari walau satu ayat."

Dengan mengingat bahwa apa yang kita punyai tidak kekal maka kita (seharusnya) akan senantiasa bersyukur dengan berbagai cara selagi kita masih memilikinya.


4. Peringatan
Saya pernah membaca sebuah kisah nyata. Ada seseorang yang menabung untuk naik haji. Lalu, ketika uang sudah terkumpul cobaan datang. Ia ditawari oleh seseorang untuk menanamkan modal dalam suatu bidang usaha yang keuntungannya begitu menggiurkan. Akhirnya uang yang tadinya diniatkan untuk membiayai ongkos naik haji tersebut malah dipakainya untuk investasi. Karena ia berpikir jika nanti ia mendapat keuntungan dari usaha tersebut maka uangnya bisa dipakai juga untuk ongkos naik haji. Namun, tidak lama berselang usaha tersebut habis terbakar.

Jadi ternyata kehilangan juga bisa menjadi suatu peringatan akan kekhilafan yang kita lakukan.

5. Cobaan
Kehilangan tak jarang merupakan suatu cobaan yang dapat menghapuskan dosa-dosa jika kita bersabar.

Tidaklah sekali-kali seorang mukmin tertimpa kesulitan, kecemasan, kepayahan, dan kesedihan hingga duri yang menusuknya, melainkan Allah menghapuskan karenanya sebagian dari dosa-dosanya (HR. Bukhari dan Muslim)

Adakah pelajaran lain yang anda tangkap dari "sebuah kehilangan?"

Fatahillah, Rehlingstrasse 12
revised by: budokgi
------------------------------------------------------------------------------------------------
It is my bad for being phlegmatic... but you all are meaningful for me
------------------------------------------------------------------------------------------------
a special writing for someone out there, may Allah give more patience in our heart, amin.

The Happiness lies within you


Happiness lies in your heart
Freedom lies in your heart
Your heart is the center of your feeling
Your heart is the center of your action
And for those who always remember Allah their hearts will be in tranquility
And for those who forget Allah. Their hearts, in the end will be anguish

Fatahillah, rehlingstrasse 12

Thursday, July 26, 2007

Merencanakan Masa Depan

Ada seorang kawan yang bilang kalau wanita mulai berhenti memikirkan masa depannya saat dia akan menikah sedangkan pria sebaliknya. Ia akan mulai memikirkan masa depannya ketika ia akan menikah.

Namun menurut saya seorang pria maupun wanita baru benar-benar akan memikirkan masa depannya ketika mereka mengingat akan kematian. Sedangkan mereka akan berhenti memikirkan masa depannya ketika mereka lupa akan ada kematian dan apa yang terjadi setelahnya.

Allah knows best....

Monday, July 16, 2007

Seutas cahaya di kepala

hadits dari Amru bin Syu'aib dari bapaknya dari kakeknya, bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.

Artinya : Janganlah kalian mencabut uban karena uban itu cahaya seorang muslim. Tidaklah seorang muslim tumbuh ubannya karena (memikirkan) Islam malainkan Allah tulis untuknya (dengan sebab uban tersebut) satu kebaikan, mengangkatnya (dengan sebab uban tersebut) satu derajat, dan menghapus darinya (dengan sebab uban tersebut) satu kesalahan” [Ahmad II/179, 210 –dan ini lafalnya, Abu Dawud No. 4202]

Begitu pula hadits dari Ka’ab bin Murrah Radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

“Artinya : Barangsiapa yang tumbuh ubannya karena (memikirkan) Islam, maka pada hari kiamat nanti dia akan mendapatkan cahaya”[Tirmidzi No. 1634 –dan ini lafalnya-, dan Nasa’i 3144 dengan tambahan lafal ‘fii sabilillah’]

Sumber:
http://www.almanhaj.or.id/content/1308/slash/0
++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++
Oh Allah, may this white hair grows because thinking of your religion
let it not be anything else.....
let it not be anything else

Friday, July 13, 2007

Saya sedang futur

Sumber:
http://rumahwinda.multiply.com/journal/item/127

Saya ini sedang futur...
Terbukti dengan ogah-ogahan datang ke pengajian tiap pekan.
Dengan alasan klasik...
kuliahlah, lelahlah, kerjalah, sibuklah, inilah, itulah.

Saya ini sedang futur...
Jarang baca buku tentang Islam, lagi demen baca koran.
Dulu tilawah tidak pernah ketinggalan, sekarang satu lembar udeh lumayan.
Tilawah sudah tidak berkesan, nonton layar emas ketagihan.

Saya ini sedang futur...
Mulai malas sholat malam, jarang bertafakkur.
Ba'da shubuh, kanan kiri salam, lantas kembali mendengkur.
Apalagi waktu libur, sampai menjelang dzuhur

Saya ini sedang futur...
Lihat perut semakin buncit, karena junkfood dan pangsit.
Kalo infaq mulai sedikit dan mulai pelit.
Apalagi shaum sunnah, perut rasanya ogah.

Saya ini sedang futur...
Tak lagi pandai bersyukur.
Seneng disanjung, dikritik murung...

Saya ini sedang futur...
Malas ngurusin da'wah, rajin bikin ortu marah.
Sedikit sekali muhasabah, sering kali meng-ghibah.

Ya... saya memang sedang futur....

Mengapa saya futur...???
Mengapa tidak ada satu ikhwah pun yang menegur dan menghibur???
Kenapa batas-batas mulai mengendur???
Kepura-puraan, basa basi dan kekakuan subur???
Kenapa di antara kita sudah tidak jujur???

Kenapa ukhuwah di antara kita sudah mulai luntur???
Kenapa di antara kita hanya pandai bertutur???
Ya Allah... berikan hambaMu ini pelipur...
Agar saya tidak semakin futur.
Apalagi sampai tersungkur....

Kalian tau saya sedang futur....
Sedikit dzikir, banyakan tidur.
Sahabat-sahabat tidak ada yang negur.

Kalian tau saya sedang futur....
Hati beku, otak ngelantur mikirin orang se-dulur,
Diri sendiri kagak pernah ngukur.

Kalian taulah saya sekarang....
Seneng duduk di kursi goyang,
perut kenyang hati melayang.
Mulut sibuk ngomongin orang,
aib sendiri nggak kebayang.

Kalian tau saya bengal....
Bangun malem sering ditinggal.
Otak bebal banyak mengkhayal,
sudah lupa yang namanya ajal.

Kalian tau saya begini...
Udah sok tau, seneng dipuji, ngomong sok suci kayak murrabi,
kagak ngaca diri sendiri.

Kalian tau saya gegabah...
Petantang-petenteng merasa gagah,
diri ngaku-ngaku ikhwah kalo mo muhasabah.
Diri ini nggak beda sama sampah.

Kalian tau saya sekarang sudah kalah di medan perang.
Saya pengen pulang kandang....
Ke tempat saya dulu datang.

-----------------------------------------

Buat semua saudaraku...
Kunjungilah saudaramu, tengoklah dia barang sebentar....
Mungkin keimanannya sedang berada diujung tanduk....
Mungkin keimanannaya sedang dipertaruhkan....
Raihlah dia... rengkuhlah dia...
Ajaklah dia bersama melihat terbitnya fajar kebangkitan Islam.
Ajaklah dia bersama menuju cintaNya, menuju surgaNya, menuju ampunan Nya.

Janganlah sibuk dengan diri sendiri... pedulilah dengan sekelilingmu.
Pedulilah dengan mereka yang mengharap datangnya secercah cahaya.
Jadilah orang yang bermanfaat untuk orang-orang disekitarmu.

~ Post entry ini, untuk SAYA, terutama ~